Jumat, 26 Agustus 2016

Dari: Saya yang gila bola, dan Kamu

Untuk: gadis yang suka sama saya.

Hai. Apa kabar? Apa kamu masih suka sama saya? Saya berharapnya kamu akan menjawab “iya” sambil cengengesan tak jelas seperti biasa.

Sebelumnya, saya mau bilang terima kasih sama kamu. Kamu sudah repot-repot menyisakan satu ruang hatimu hanya untuk nama saya. Tapi jujur, saya malah marah sama kamu. Kenapa? Saya akan jelaskan satu persatu. Mohon kamu mendengarkan.

Yang pertama, karena kamu tidak mau terang-terangan bicara sama saya. Kamu selalu nulis apa yang kamu rasakan. Kamu gak pernah ngomong langsung ke saya. Bagaimana saya bisa baca tulisan kamu kalo kamu nulisnya di buku kamu trus bukunya disimpen?

Yang kedua, kamu suka meng-kode saya di setiap tulisan di social mediamu. Bahkan kamu sempat-sempatnya nulis puisi untuk saya dan dimasukkan ke novel yang kamu buat, kamu nulis surat untuk saya dan ditaro di blog kamu. Saya sudah tau itu semua buat saya. Asal kamu tau, itu semua mengganggu saya.

Yang ketiga, kamu suka malu dan lari dengan saya jika salah satu teman mu memanggil nama saya untuk bilang bahwa kamu mencari saya di sekolah saya. Padahal saya tau, kamu ke sekolah saya itu untuk ketemu sama saya. Bukan ketemu temen-temen.

Yang keempat, kamu suka menangis diam-diam di setiap tulisan yang kamu tulis. Kamu ini gimana sih? Puisi kamu itu bagus, tapi kok malah nangis? Itu mengganggu saya.

Yang kelima, kamu selalu menangis setiap menyanyikan lagu favorite saya didepan saya. Suara kamu itu bagus, tapi kenapa harus nangis? Mengganggu banget.

Itu mengganggu saya karena:
  • 1.  Saya merasakan kalau wajah saya memerah saat melihat kamu menulis di bukumu tentang saya. Diam-diam saya selalu lihat tulisan-tulisanmu. Dulu memang masih SMP, berbeda dengan sekarang. Gimana kalo sekarang? Masih sama? Mata saya tidak bisa berhenti melirik kamu yang asik menulis.
  • 2.   Saya bukan orang yang romantic, dan saya merasa malu karena saya kalah romantic dengan kamu. Saya juga tidak jago membuat puisi seperti kamu. Saya takut kalo saya nulis puisi untuk kamu, tiba-tiba kamu kejang membacanya.
  • 3.   Saya terganggu dengan sikap malu-malu kamu dan tingkahmu setiap mendengar nama saya, karena jantung sama berdetak 2x lebih kencang dari biasanya. Saya menjadi tidak focus dengan saya sendiri karena kamu terus hinggap di pikiran saya.
  • 4.   Saya terganggu dengan tangisanmu karena saya menjadi ingin sekali berlari ke arahmu dan memelukmu sambil menghapus air matamu.
  • 5.      Saya terganggu dengan tangisanmu karena kamu selalu menangis karena saya seolah-olah saya selalu membuat kamu terluka. Kamu tahu? Saya tersiksa setiap melihatmu seperti itu. Saya ingin sekali menghapus air matamu di panggung dan memelukmu dan tak akan saya lepas. Tapi saya tidak mungkin memelukmu, karena saya terlanjur bersikap salah ke kamu.

Itu kenapa saya marah sama kamu. Kenapa kamu tidak mengerti bahwa selama ini saya terus memujamu? Dan kenapa kamu masih menyukai saya padahal saya ini laki-laki bodoh yang tidak mau berterus terang dengan perasaan saya? Saya belum bisa mengatakannya dengan kamu, karena saya belum punya apa-apa. Saya masih sibuk mengumpulkan ilmu. Dan tentunya modal agar saya bisa mengundang Payung Teduh di sebuah pernikahan yang kamu inginkan. Iya, pernikahan kita nanti. Hehe.

Maaf ya. Kamu tunggu saja saya. Kamu tidak perlu mengejar saya lagi. Karena kamu sudah sampai di ruang hati saya.
Maaf dan terimakasih.

*ceritanya dari 'Tama'. biar keliatannya saya ga sedih-sedih amat. tenang aja gausah ngefly, ini saya yang bikin untuk saya sendiri*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar